Mungkin orang-orang yang belum mengenalku menyebutku playgirl. Tapi mereka salah. Memang dari sikap ku kepada laki-laki, dapat disebut playgirl. Tapi mereka tak tahu apapun tentang diriku. Jadi, aku tak pernah memusingkan pandangan orang lain terhadapku.
"Laras, dapet salam dari said. Tadi gue ketemu dia di kantin." Yang barusan bicara adalah Nita, sahabatku.
"Oh, oke." jawabku singkat
Said termasuk playboy di sekolahku, aku yakin dia tidak benar-benar menyukaiku, hanya pura-pura mendekatiku. Aku baik pada semua laki-laki, tapi hanya satu yang selalu ada di hatiku. Namanya...
"Dion, maaf ya sms lu gak gue bales, lagi gak ada pulsa. Hehehe." Ya, benar. Namanya Dion. Dion tidak tampan seperti laki-laki lainnya yang biasanya menjadi idaman wanita. Dion agak gemuk, putih, pendek, tapi baik hati. Tak ada yang tahu aku menyukainya, bahkan Nita pun tidak.
"Iya, gakpapa ras." jawabnya singkat.
Setiap malam aku selalu berpikir, apa yang bisa menjadi bahan obrolan jika aku ingin SMSan dengan Dion. Akhirnya aku selalu mengobrol dengan Dion di SMS. Kebanyakan topik yang kita bicarakan adalah tentang pelajaran di sekolah. Tapi tak apa ini baru permulaan.
Hari berganti minggu, dan kini aku semakin sibuk untuk menghadapi UAS dan setiap 3 minggu sekali harus latihan Tari untuk pementasan saat perpisahan kelas 9. Hari itu, adalah hari minggu siang yang cerah tak berawan. Aku dengan giat berlatih Tari bersama teman-temanku. Saat waktu istirahat berlangsung aku mengobrol dengan Mutia, salah satu teman sekelasku dan yang pasti teman sekelas Dion juga. Aku tak tahu, aku sengaja atau tidak, tapi jelas-jelas saat itu aku bercerita pada Mutia bahwa aku menyukai Dion.
"Kamu serius, Ras?" tanya Mutia padaku.
"Tentu, memang kenapa? Apakah salah?" tanyaku heran.
"Gakpapa sih, gak salah kok. Tapi kebetulan banget ya. Gak tau kenapa akhir-akhir ini aku merasa mengagumi Dion juga. Tapi mungkin cuma rasa kagum." pernyataannya membuatku kaget, aku kira hanya aku yang menyukainnya. Ternyata Mutia juga. Walaupun Mutia bilang padaku, dia hanya kagum pada dion, tapi aku yakin dia punya poerasaan lebih dari kagum.
Sejak saat itu aku dan Mutia selalu menceritakannya. Hanya saja diantara kita berdua, hanya aku yang dapat berSMS ria dengan Dion karena Mutia terlalu malu untuk memulai percakapan lebih dulu. Aku selalu menceritakan kebiasaan-kebiasaan Dion, apa yang Dion suka dan yang tidak. Aku juga selalu menceritakan pada Mutia secara lengkap apa saja yang aku bicarakan dengan Dion. Sejak saat itu pulalah aku dan Mutia memanggilnya One. kita berdua juga tak tahu apa arti dari One. Tapi untuk saat ini, One masih menjadi milik kita.
Hingga suatu hari...
Bersambung. Tunggu kelanjutannya ya. Jangan kemana-mana. Jangan ganti saluran internet anda. :D:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar