TIDAK
HANYA DI JAKARTA
PENCEGAHAN
LEBIH BAIK DARIPADA PENANGGULANGAN
Tidak
hanya di Ibukota Jakarta tercinta kita ini ternyata yang mengalami musibah
banjir. Wilayah Banten dan sekitarnya juga tak lolos dari musibah yang satu ini.
Dan pekerja sosial kita satu ini berasal dari Jakarta tapi terpilih untuk
menjadi Komandan yang menangani musibah banjir di kota Banten. Sedikit
perbincangan dengan Bhayu Radityo ini.
Kenapa
mau jadi relawan?
Karena panggilan jiwa dan ada kepuasan batin tersendiri
saat ada saudara-saudara yang membutuhkan bantuan.
Sejak
kapan jadi relawan dan dimana saja?
Pertama kali tahun 2006 waktu gempa di Yogyakarta, erupsi
merapi 2010 dan banyak aktivitas kerelawanan yang dilakukan di Jakarta dan di
luar Jakarta. Berkegiatan juga di komunitas social seperti 1001 Buku, Lebah dan
relawan di Indonesia.
Kendala
yang dialami selama menjadi relawan?
Saat bebenturan dengan pekerjaan. Dan juga adanya budaya,
karena dalam setiap penempatan yang didatangi ketika menjadi relwan berbeda
dengan aktivitas sehari-hari. Sulitnya berkomunikasi dengan sekitar karena
banyak perbedaan bahasa dan lain-lain.
Apa
saja yang dilakukan di posko banjir?
Evakuasi warga dari tempat tinggal mereka ke tempat
pengungsian. Distribusi logistik ke warga dan ke tempat-tempat atau rumah warga yang tidak mau dievakuasi
atau aman berada di rumah.
Bagaimana
sikap pemerintah Banten terhadap musibah banjir?
Agak lambat, dan koordinasinya cukup berbelit.
Bagaimana
situasi sebenarnya di tempat banjir?
Di semua lokasi bencana memiliki bahaya. Arus yang cukup
deras karena luapan dari sungai yang masuk ke perkampungan dengan ketinggian
air berkisar 1 meter sampai 3 meter. Di daerah Ciujung sampe 3 meter. Ancaman
dari luar karena persawahannya yang cukup luas.
Bagaimana
kondisi warga atau korban banjir?
Sebagian besar warga sudah tahu akan adanya banjir. Dan
warga cukup waspada dan mulai menyelamatkan benda berharga. Warga agak takut bila
dievakuasi alasannya mereka takut rumahnya dimasuki maling atau ada hal-hal
buruk terhadap rumahnya. Warga mulai terserang penyakit pasca banjir. Seperti
penyakit kulit, ISPA, diare, dan lain-lain. Banjir membawa lumpur dan susah
membersihkannya.
Bagaimana
keadaan di tempat pengungsian?
Cukup memprihatinkan. Segala sesuatu terbatas. Tidur di terpal
atau tikar. Tapi memang lebih baik daripada mereka tidur di rumah mereka yang
kebanjiran.
Ada
tidak korban tewas atau luka-luka?
Tewas ada 1 orang. Warga daerah kecamatan Binguang,
kabupaten Tanggerang. Tewas karena terpeleset saat sedang mencari ikan dan
tenggelam di kedalaman 2 meter dan kakinya tertancap di lumpur.
Apa
saja sikap yang ditanamkan sebagai relawan?
Melaksanakan semuanya sebagai ibadah. Dengan menjadikan
semuanya ibadah, akan jadi lebih ikhlas.
Bagaimana
tanggapan tentang banjir itu sendiri?
Untuk saat ini karena kesalahan manusia itu sendiri.
Banyak lahan hijau yang habis. Semuannya dijadikan jalanan juga dibeton semua
seperti di kecamatan Kresek. Tapi karena semua jalan ditinggikan dan dibeton
secara tidak langsung menjadikan wilayah itu seperti waduk.
Pesan
dan kesan sebagai relawan?
Mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita.
Pencegahan lebih baik daripada penanggulangan. Dan bagi teman-teman yang belum
pernah menjadi relawan mari menjadi relwan. Relawan tidak hanya saat bencana
saja tapi jadilah relawan bagi keluarga kita dulu.
Kesannya sih bahagia dapat membantu sesama. Sedihnya
adalah ketika musibah dating. Kenapa bencana seakan tak pernah berhenti di
negeri ini.
Mari kita jaga lingkungan kita. Kita harus
selalu mendukung teman-teman kita yang bersedia menjadi relawan bagi saudara
yang sedang mengalami bencana. Semoga masyarakat akan semakin sadar akan dampak
dari perusakan lingkungan. URS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar